Tanggal
11 Juli 2012 Penduduk Jakarta akan memilih pemimpin Kotanya. Ibukota Republik
Indonesia yang mempunya segudang masalah dan segudang masa depan bagi
penduduknya maupun pendatang dari penjuru Indonesia. Saya mencoba untuk melihat
kelebihan-kekurangan calon-calon pemimpin Ibukota Negara kita ini secara
objektif.
1.
Fauzi
Bowo(Foke) – Nachrowi Ramli (Nara)
Kelebihan : Secara Personal.
Pengalaman dan Intelektual Foke yang bergelar Doktor Tata Kota lulusan Jerman
dan Birokrat Pemerintah DKI Jakarta selama bertahun-tahun sangat menjanjikan,
sementara Nara sendiri mempunyai dukungan banyak Ormas di Jakarta yang kuat dan
juga Partai Demokrat, kemungkinan cerai ditengah jalan seperti Foke-Prijanto
bisa dibilang kecil.
Kekurangan : Pretasinya
selama memimpin jakarta 2007-2012 minim, pembangunan pusat perbelanjaan dan
ekonomi yang menggila dimasa pemerintahannya tanpa disertai sistem transportasi
massal yang terpadu membuat kemacetan semakin menghiasi keseharian warga
Jakarta. Yang lainnya
silakan anda
nilai sendiri kinerja Foke selama menjabat Gubernur DKI Jakarta Periode
2007-2012, dan masalah yang dirasakan sampai sekarang bagaimana?
Peluang Politik : Peluang
Foke-Nara untuk terpilih menjadi DKI 1 sangat besar, pasangan ini mempunyai
sumber daya dukungan kuat dari PNS DKI Jakarta, Ormas-ormas di Jakarta dipegang
pasangan ini dan bisa
menjadi mesin politik untuk memenangkan Pilkada DKI. Bahkan pasangan ini
sesumbar bisa menang 1 putaran, dan menurut saya itu realistis melihat kelompok
suara pendukungnya yang besar dibandingkan kelompok suara lain yang
terpecah-pecah dengan pasangan calon lainnya.
2.
Hendardji
Soepandji – Ahmad Riza Patria
Kelebihan : Sebagai Purnawirawan
TNI beliau mempunyai sikap yang tegas dan berani dalam menghadapi berbagai
problema Ibukota. Dan Jakarta butuh pemimpin seperti ini. Melihat jejak
Sutiyoso juga purnawirawan TNI yang berani membuat busway walau di protes
supir-supir mikrolet dan angkutan kota, sampai meruntuhkan Stadion Menteng
hingga bisa dinikmati hingga sekarang, selain itu pasangan ini berasal dari
jalur Independen yang bersih dari kebusukan politik dan intervensi.
Kekurangan : dari berbagai debat
dan dialog yang saya simak, pasangan ini menurut saya masih belum mempunyai
konsep yang kongkret dibandingkan pasangan lain. Dan pasangan ini tidak begitu
dikenal oleh masyarakat, saya sendiri baru mengenalnya waktu pasangan ini akan
mendaftar di KPU DKI Jakarta
Peluang Politik : Dibandingkan
calon lain, Pasangan ini tingkat elektabilitasnya menurut saya terendah, kurang
mempunyai mesin politik yang mumpuni, akan tetapi saya akui slogan Jakarta
tidak berkumis(Berantakan, Kumuh, dan Miskin) dalam melawan calon incumbent
cukup membuat masyarakat melirik dan mengenalnya.
3.
Joko
Widodo(Jokowi) – Basuki Tjahaja Purnama(Ahok)
Kelebihan : Secara personal,
pasangan ini baik Jokowi maupun Ahok sudah membuktikan prestasinya sewaktu
memimpin di daerahnya masing-masing. Untuk Jokowi beliau malah sudah masuk
kedalam nominasi 5 besar Walikota terbaik Dunia dan berbagai penghargaan dari
media maupun pemerintah pusat. Pasangan ini sudah membuktikan didaerahnya dulu
mensejahterakan rakyat kecil, meningkatkan ekonomi kerakyatan. Ingin melihat
kelebihan lainnya? Silakan berkunjung ke Solo atau Manggar, lihat dan
berbincanglah dengar warga disana.
Kekurangan : Walaupun didukung
oleh 2 Partai besar PDI-P dan Gerindra,partai yang mengusungnya ini mempunyai
kekuasaan yang tidak begitu besar di Jakarta. Seringkali faktor politik bisa
menghambat tugasnya jika terpilih
sebagai Gubernur. Permasalahan Jakarta ini multi sektoral. Banjir, macet,
urbanisasi ini harus melalui kerjasama dengan pemerintah pusat dan pemerintah
daerah disekitarnya, sedangkan peta politik di Jakarta dengan Jawa Barat dan
Banten tidak begitu harmonis.
Peluang Politik : Dengan prestasi
yang diperoleh oleh pasangan ini di daerahnya sewaktu menjabat kepala daerah
dan pencitraan yang dilakukan, membuat pasangan ini mempunyai kans besar untuk
memenangkan panggung pilkada DKI Jakarta 2012, minimal lolos ke putaran 2,
walaupun mesin politik yang digunakannya tidak begitu kuat apalagi beberapa
partai pendukung lari
ke pasangan no.1
4.
Hidayat
Nurwahid(HNW) – Didik Rubini (Didik)
Kelebihan : HNW bukan anak kemarin sore, beliau sudah
malang melintang di dunia politik nasional, Walau asli Klaten, beliau sudah 20
tahun tinggal di Jakarta. Sosoknya di masyarakat terkenal bersih, santun dan
disegani. Mempunyai mesin politik yang kuat di Jakarta yaitu PKS. PKS tahun
2004 memenangi Pemilu 2004 dan Runner-Up di 2009, kekuatan politik ini tentunya
tidak bisa dipandang remeh. Mempunyai kekuatan untuk memperbaiki masalah yang
bersifat multisektoral, Gubernur Jawa Barat dan Walikota Depok sama-sama
berasal dari PKS, sedikit memudahkan dalam menjalankan tugasnya jika terpilih
nanti.
Kekurangan : HNW walau sudah
berkecimpung di dunia politik nasional, tetapi pengalamannya di dunia
pemerintahan atau birokrasi daerah masih minim, jika terpilih sebagai Gubernur
butuh adaptasi lebih lama, karena daerah apalagi birokrasi tentu berbeda dengan
politik dan MPR. Selain itu pasangan ini sedikit dipaksakan, terbentuk
disaat-saat terakhir pendaftaran calon Gubernur DKI Jakarta oleh KPUD.
Peluang Politik : Dukungan
politik dari PKS yang mempunyai simpatisan Loyal dan fanatik menjadi modal
besar bagi pasangan ini untuk lolos ke putaran ke-2, walau sebagai Gubernur DKI
Jakarta peluangnya sedikit berat karena adanya resistensi terhadap tokoh islam
konservatif.
5.
Faisal
Basri – Biem T Benjamien
Kelebihan : Faisal Basri saya
kenal sebagai ekonom yang cerdas, sederhana, dan rendah hati. Konsep beliau
mengenai DKI Jakarta benar-benar sudah matang dan saya melihatnya sudah
jauh-jauh hari mendeklarasikan diri bersama pasangannya Biem Benjamien dari
jalur Independen tanpa harus kelabakan membuat deal-deal politik untuk koalisi,
saya menilai pasangan ini sangat siap dalam memimpin Jakarta.
Kekurangan : Pemimpin dan
akademisi itu sangat berbeda, banyak sekali akademisi yang kesulitan
mengimplementasikan ide-idenya dilapangan, selama menjadi ekonom pun
prestasinya tidak begitu menonjol, faktor politik Independen tanpa dukungan
partai manapun bisa jadi menjadi suatu hambatan juga dalam menjalankan
programnya apabila terpilih sebagai gubernur DKI Jakarta.
Peluang Politik : Walau datang
dari jalur Independen tanpa dukungan partai politik, pasangan ini mempunyai
peluang besar terpilih sebagai Gubernur DKI Jakarta. Kalangan menengah yang
jumlahnya cukup besar yang terdiri dari pemilih rasional, kaum intelektual,
atau swing voters akan mengalokasikan suaranya untuk pasangan ini.
6.
Alex
Noerdin – Nono Sampono
Kelebihan
: Latar belakang Alex Nurdin sejajar dengan Foke yang merupakan Doktor Ahli
Tata Kota dan pengalamannya di ranah birokrasi yang sangat mumpuni. Pretasinya
sewaktu menjabat sebagai Bupati Musi Banyuasin selama dua periode cukup mentereng,
juga Prestasinya dalam membangun Provinsi Sumatera Selatan dan menyukseskan
gelaran Sea Games 2011 di Palembang patut diacungi jempol, bahkan pasangan ini
optimistis dengan mempunyai slogan “3 Tahun Bisa”.
Kekurangan
: sebelum mencalonkan diri sebagai
Gubernur DKI Jakarta dari partai Golkar, beliau seringkali diperiksa KPK
sebagai saksi atas keterlibatannya dalam pembangunan, sarana dan prasarana Sea
games 2011, selain itu beliau juga di indikasikan korupsi APBD kabupaten Musi
Banyuasin sewaktu beliau menjabat sebagai Bupati.
Peluang
Politik : Kasus yang menimpa Alex Noerdin dalam Proyek Sea Games 2011 di
Palembang bisa menjadi sebagai batu sandungannya dalam proses Pemilihan
Gubernur DKI Jakarta. Tapi pasangan ini bisa saja mengejutkan publik dengan
terpilih sebagai Gubernur DKI Jakarta karena beliau mempunyai mesin Politik
Golkar yang kuat.
Itulah
sedikit coretan dari saya mengenai calon Gubernur DKI Jakarta, ibukota Negara
Republik Indonesia. Saya bukan penduduk Jakarta, tapi saya seringkali datang ke Jakarta. Sebagai Ibukota, Jakarta adalah role model
Indonesia, baik secara politik demokrasi maupun pembangunan kota. Jika Jakarta
baik maka daerah lain di Indonesia akan terpacu dan mencontoh Jakarta. Saya
banyak melihat contohnya sewaktu Jakarta mempunyai Busway, daerah lain
mengikutinya, seperti di Yogyakarta ada trans Jogja, Bandung dengan Trans Metro
Bandung(gagal), Trans Musi di Palembang,Trans Pakuan di Bogor dan kota-kota
lainnya.