Wednesday, October 24, 2012

Tips dan Trik Menghemat Baterai Android

Handphone Android adalah handphone yang pintar. Dan, tak heran jika banyak orang yang menjejali handphone tersebut dengan berbagai aplikasi. Namun, apakah langkah tersebut benar-benar membuat handphone pintar tersebut semakin pintar? Jawabannya adalah tidak. Kenapa?

Yang pertama, handphone Android dilengkapi dengan baterai yang terbatas. Dan, oleh karena itu pemakaian handphone tersebut pun terbatasi oleh kinerja baterai tersebut. Cara menanggulanginya adalah dengan mengoptimalisasi kinerja handphone Android Anda. Caranya bagaimana? Berikut ini adalah langkah-langkah yang bisa Anda ikuti:


  1. Pengisian baterai sebaiknya dilakukan jika kondisi baterai sudah di ambang batas, biasanya di bawah 10 persen. Selain itu, Anda juga harus memastikan bahwa pengisian baterai dihentikan kala sudah mencapai kapasitas 100 persen.
  2. Sebagai langkah penghematan, Anda bisa saja menonaktifkan fitur getar. Caranya pun mudah, cukup mengilankan tanda cek pada item Vibrate di Settings > Sound.
  3. Mematikan Automatic Brightness. Kenapa? Karena fitur ini akan mengurangi kerja prosesor.
  4. Jangan memakai live wallpaper. Live wallpaper merupakan sebuah aplikasi yang berjalan di background. Oleh karena itu, aplikasi ini tentu saja memerlukan kinerja prosesor dan memori.
  5. Kurangi pemasangan widget pada layar home Android. Widget yang terlalu banyak akan semakin memperbesar porsi kerja prosesor dan memori.
  6. Jika tidak diperlukan, Anda bisa mematikan layanan lokasi yang menggunakan GPS. Caranya pun mudah, Anda tinggal menuju Settings > Location atau Settings > Location Services.
  7. Kurangi pemakaian jaringan 3G. Karena aktivitas tersebut membutuhkan energi yang cukup banyak. Jadi, jika di sekitar Anda terdapat hotspot, ada baiknya Anda memanfaatkan layanan tersebut.
  8. Batasi jumlah sinkronisasi. Semakin banyak sinkronisasi, maka makin sering koneksi yang dibutuhkan. Cara mematikannya Anda bisa masuk ke Settings > Account & sync dan menghilangkan tanda cek pada Background data dan Auto-sync.
Sumber : http://www.beritateknologi.com/8-cara-untuk-mengoptimalkan-handphone-android/

Sunday, July 08, 2012

Jakarta Memilih

Tanggal 11 Juli 2012 Penduduk Jakarta akan memilih pemimpin Kotanya. Ibukota Republik Indonesia yang mempunya segudang masalah dan segudang masa depan bagi penduduknya maupun pendatang dari penjuru Indonesia. Saya mencoba untuk melihat kelebihan-kekurangan calon-calon pemimpin Ibukota Negara kita ini secara objektif.

1.        Fauzi Bowo(Foke) – Nachrowi Ramli (Nara)

Kelebihan : Secara Personal. Pengalaman dan Intelektual Foke yang bergelar Doktor Tata Kota lulusan Jerman dan Birokrat Pemerintah DKI Jakarta selama bertahun-tahun sangat menjanjikan, sementara Nara sendiri mempunyai dukungan banyak Ormas di Jakarta yang kuat dan juga Partai Demokrat, kemungkinan cerai ditengah jalan seperti Foke-Prijanto bisa dibilang kecil.

Kekurangan : Pretasinya selama memimpin jakarta 2007-2012 minim, pembangunan pusat perbelanjaan dan ekonomi yang menggila dimasa pemerintahannya tanpa disertai sistem transportasi massal yang terpadu membuat kemacetan semakin menghiasi keseharian warga Jakarta. Yang lainnya silakan anda nilai sendiri kinerja Foke selama menjabat Gubernur DKI Jakarta Periode 2007-2012, dan masalah yang dirasakan sampai sekarang bagaimana?

Peluang Politik : Peluang Foke-Nara untuk terpilih menjadi DKI 1 sangat besar, pasangan ini mempunyai sumber daya dukungan kuat dari PNS DKI Jakarta, Ormas-ormas di Jakarta dipegang pasangan ini dan bisa menjadi mesin politik untuk memenangkan Pilkada DKI. Bahkan pasangan ini sesumbar bisa menang 1 putaran, dan menurut saya itu realistis melihat kelompok suara pendukungnya yang besar dibandingkan kelompok suara lain yang terpecah-pecah dengan pasangan calon lainnya.

2.        Hendardji Soepandji – Ahmad Riza Patria

Kelebihan : Sebagai Purnawirawan TNI beliau mempunyai sikap yang tegas dan berani dalam menghadapi berbagai problema Ibukota. Dan Jakarta butuh pemimpin seperti ini. Melihat jejak Sutiyoso juga purnawirawan TNI yang berani membuat busway walau di protes supir-supir mikrolet dan angkutan kota, sampai meruntuhkan Stadion Menteng hingga bisa dinikmati hingga sekarang, selain itu pasangan ini berasal dari jalur Independen yang bersih dari kebusukan politik dan intervensi.

Kekurangan : dari berbagai debat dan dialog yang saya simak, pasangan ini menurut saya masih belum mempunyai konsep yang kongkret dibandingkan pasangan lain. Dan pasangan ini tidak begitu dikenal oleh masyarakat, saya sendiri baru mengenalnya waktu pasangan ini akan mendaftar di KPU DKI Jakarta

Peluang Politik : Dibandingkan calon lain, Pasangan ini tingkat elektabilitasnya menurut saya terendah, kurang mempunyai mesin politik yang mumpuni, akan tetapi saya akui slogan Jakarta tidak berkumis(Berantakan, Kumuh, dan Miskin) dalam melawan calon incumbent cukup membuat masyarakat melirik dan mengenalnya.


3.        Joko Widodo(Jokowi) – Basuki Tjahaja Purnama(Ahok)

Kelebihan : Secara personal, pasangan ini baik Jokowi maupun Ahok sudah membuktikan prestasinya sewaktu memimpin di daerahnya masing-masing. Untuk Jokowi beliau malah sudah masuk kedalam nominasi 5 besar Walikota terbaik Dunia dan berbagai penghargaan dari media maupun pemerintah pusat. Pasangan ini sudah membuktikan didaerahnya dulu mensejahterakan rakyat kecil, meningkatkan ekonomi kerakyatan. Ingin melihat kelebihan lainnya? Silakan berkunjung ke Solo atau Manggar, lihat dan berbincanglah dengar warga disana.

Kekurangan : Walaupun didukung oleh 2 Partai besar PDI-P dan Gerindra,partai yang mengusungnya ini mempunyai kekuasaan yang tidak begitu besar di Jakarta. Seringkali faktor politik bisa menghambat tugasnya  jika terpilih sebagai Gubernur. Permasalahan Jakarta ini multi sektoral. Banjir, macet, urbanisasi ini harus melalui kerjasama dengan pemerintah pusat dan pemerintah daerah disekitarnya, sedangkan peta politik di Jakarta dengan Jawa Barat dan Banten tidak begitu harmonis.

Peluang Politik : Dengan prestasi yang diperoleh oleh pasangan ini di daerahnya sewaktu menjabat kepala daerah dan pencitraan yang dilakukan, membuat pasangan ini mempunyai kans besar untuk memenangkan panggung pilkada DKI Jakarta 2012, minimal lolos ke putaran 2, walaupun mesin politik yang digunakannya tidak begitu kuat apalagi beberapa partai pendukung lari ke pasangan no.1

4.    Hidayat Nurwahid(HNW) – Didik Rubini (Didik)

Kelebihan  : HNW bukan anak kemarin sore, beliau sudah malang melintang di dunia politik nasional, Walau asli Klaten, beliau sudah 20 tahun tinggal di Jakarta. Sosoknya di masyarakat terkenal bersih, santun dan disegani. Mempunyai mesin politik yang kuat di Jakarta yaitu PKS. PKS tahun 2004 memenangi Pemilu 2004 dan Runner-Up di 2009, kekuatan politik ini tentunya tidak bisa dipandang remeh. Mempunyai kekuatan untuk memperbaiki masalah yang bersifat multisektoral, Gubernur Jawa Barat dan Walikota Depok sama-sama berasal dari PKS, sedikit memudahkan dalam menjalankan tugasnya jika terpilih nanti.

Kekurangan : HNW walau sudah berkecimpung di dunia politik nasional, tetapi pengalamannya di dunia pemerintahan atau birokrasi daerah masih minim, jika terpilih sebagai Gubernur butuh adaptasi lebih lama, karena daerah apalagi birokrasi tentu berbeda dengan politik dan MPR. Selain itu pasangan ini sedikit dipaksakan, terbentuk disaat-saat terakhir pendaftaran calon Gubernur DKI Jakarta oleh KPUD.

Peluang Politik : Dukungan politik dari PKS yang mempunyai simpatisan Loyal dan fanatik menjadi modal besar bagi pasangan ini untuk lolos ke putaran ke-2, walau sebagai Gubernur DKI Jakarta peluangnya sedikit berat karena adanya resistensi terhadap tokoh islam konservatif.

5.        Faisal Basri – Biem T Benjamien

Kelebihan : Faisal Basri saya kenal sebagai ekonom yang cerdas, sederhana, dan rendah hati. Konsep beliau mengenai DKI Jakarta benar-benar sudah matang dan saya melihatnya sudah jauh-jauh hari mendeklarasikan diri bersama pasangannya Biem Benjamien dari jalur Independen tanpa harus kelabakan membuat deal-deal politik untuk koalisi, saya menilai pasangan ini sangat siap dalam memimpin Jakarta.

Kekurangan : Pemimpin dan akademisi itu sangat berbeda, banyak sekali akademisi yang kesulitan mengimplementasikan ide-idenya dilapangan, selama menjadi ekonom pun prestasinya tidak begitu menonjol, faktor politik Independen tanpa dukungan partai manapun bisa jadi menjadi suatu hambatan juga dalam menjalankan programnya apabila terpilih sebagai gubernur DKI Jakarta.

Peluang Politik : Walau datang dari jalur Independen tanpa dukungan partai politik, pasangan ini mempunyai peluang besar terpilih sebagai Gubernur DKI Jakarta. Kalangan menengah yang jumlahnya cukup besar yang terdiri dari pemilih rasional, kaum intelektual, atau swing voters akan mengalokasikan suaranya untuk pasangan ini.

6.        Alex Noerdin – Nono Sampono

Kelebihan : Latar belakang Alex Nurdin sejajar dengan Foke yang merupakan Doktor Ahli Tata Kota dan pengalamannya di ranah birokrasi yang sangat mumpuni. Pretasinya sewaktu menjabat sebagai Bupati Musi Banyuasin selama dua periode cukup mentereng, juga Prestasinya dalam membangun Provinsi Sumatera Selatan dan menyukseskan gelaran Sea Games 2011 di Palembang patut diacungi jempol, bahkan pasangan ini optimistis dengan mempunyai slogan “3 Tahun Bisa”.

Kekurangan : sebelum mencalonkan diri sebagai  Gubernur DKI Jakarta dari partai Golkar, beliau seringkali diperiksa KPK sebagai saksi atas keterlibatannya dalam pembangunan, sarana dan prasarana Sea games 2011, selain itu beliau juga di indikasikan korupsi APBD kabupaten Musi Banyuasin sewaktu beliau menjabat sebagai Bupati.

Peluang Politik : Kasus yang menimpa Alex Noerdin dalam Proyek Sea Games 2011 di Palembang bisa menjadi sebagai batu sandungannya dalam proses Pemilihan Gubernur DKI Jakarta. Tapi pasangan ini bisa saja mengejutkan publik dengan terpilih sebagai Gubernur DKI Jakarta karena beliau mempunyai mesin Politik Golkar yang kuat.



Itulah sedikit coretan dari saya mengenai calon Gubernur DKI Jakarta, ibukota Negara Republik Indonesia. Saya bukan penduduk Jakarta,  tapi saya seringkali datang ke Jakarta.  Sebagai Ibukota, Jakarta adalah role model Indonesia, baik secara politik demokrasi maupun pembangunan kota. Jika Jakarta baik maka daerah lain di Indonesia akan terpacu dan mencontoh Jakarta. Saya banyak melihat contohnya sewaktu Jakarta mempunyai Busway, daerah lain mengikutinya, seperti di Yogyakarta ada trans Jogja, Bandung dengan Trans Metro Bandung(gagal), Trans Musi di Palembang,Trans Pakuan di Bogor dan kota-kota lainnya.



Sunday, June 03, 2012

Pecah Belah Ala RAND Corporation

Upaya politik adu domba di negeri ini mulai nampak. Terutama setelah terjadinya insiden Monas. Pembagian umat Islam menjadi radikalis dan kaum moderat menguak di beberapa media. Demikian juga suara kaum liberalis yang mengatasnamakan ham, pluralisme dan kebebasan bak pahlawan. Sedangkan para aktivis Islam dilabeli radikal. Skenario global asing dalam memecahbelah umat Islam di negeri ini semakin nyata. Tujuannya tiada lain untuk melenyapkan Islam di muka bumi ini. Karena Islam telah menjadi ancaman bagi Amerika, baik secara hostility maupun capabilty-nya. Berikut sebuah analisis politik adu domba ala Rand Corporation. [Pengantar Redaksi]

Grands strategi ini bisa terlihat dengan jelas dari rekomendasi Rand Corporation yang merupakan think-thank neo-conservative AS yang banyak mendukung kebijakan Gedung Putih. Dalam rekomendasi Cheryl Benard dari Rand Corporation yang berjudul CIVIL DEMOCRATIC SILAM , PARTERS ,RESOURCES, AND STRATEGIES secara detil diungkap upaya untuk memecah belah umat Islam.

Strategi: Pecah Belah Kelompok Islam
Langkah pertama melakukan klasifikasi terhadap umat Islam berdasarkan kecendrungan dan sikap politik mereka terhadap Barat dan nilai-nilai Demokrasi.
Pertama: Kelompok Fundamentalis : menolak nilai-nilai demokrasi dan kebudayaan Barat kontemporer. Mereka menginginkan sebuah negara otoriter yang puritan yang akan dapat menerapkan Hukum Islam yang ekstrem dan moralitas. Mereka bersedia memakai penemuan dan teknologi modern untuk mencapai tujuan mereka.
Kedua: Kelompok Tradisionalis: ingin suatu masyarakat yang konservatif. Mereka mencurigai modernitas, inovasi, dan perubahan.
Ketiga: Kelompok Modernis : ingin Dunia Islam menjadi bagian modernitas global. Mereka ingin memodernkan dan mereformasi Islam dan menyesuaikannya dengan zaman.
Keempat: Kelompok Sekularis : ingin Dunia Islam untuk dapat menerima pemisahan antara agama dan negaradengan cara seperti yang dilakukan negara-negara demokrasi industri Barat, dengan agama dibatasi pada lingkup pribadi.

Strategi Belah Bambu dan Adu Domba
Setelah membagi-bagi umat Islam atas empat kelompok itu, langkah berikutnya yang penting yang direkomendasi Rand Corporation adalah politik belah bambu. Mendukung satu pihak dan menjatuhkan pihak lain, berikutnya membentrokkan antar kelompok tersebut. Upaya itu tampak jelas dari upaya membentrokkan antara NU yang dikenal tradisionalis dengan ormas Islam yang Barat sering disebut Fundamentalis seperti FPI, HTI, atau MMI.
Hal ini dirancang sangat detil. Berikut langkah-langkahnya :

Pertama: Support the modernists first (mendukung kelompok Modernis)
  • Menerbitkan dan mengedarkan karya-karya mereka dengan biaya yang disubsidi.
  • Mendorong mereka untuk menulis bagi audiens massa dan bagi kaum muda.
  • Memperkenalkan pandangan-pandangan mereka dalam kurikulum pendidikan Islam.
  • Memberikan mereka suatu platform publik
  • Menyediakan bagi mereka opini dan penilaian pada pertanyaan-pertanyaan yang fundamental dari interpretasi agama bagi audiensi massa dalam persaingan mereka dengan kaum fundamentalis dan tradisionalis, yang memiliki Web sites, dengan menerbitkan dan menyebarkan pandangan-pandangan mereka dari rumah-rumah, sekolah-sekolah, lembaga-lembaga, dan sarana yang lainnya.
  • Memposisikan sekularisme dan modernisme sebagai sebuah pilihan “counterculture” bagi kaum muda Islam yang tidak puas.
  • Memfasilitasi dan mendorong kesadaran akan sejarah pra-Islam dan non-Islam dan budayannya, di media dan di kurikulum dari negara-negara yang relevan.
  • Membantu dalam membangun organisasi-organisasi sipil yang independent, untuk mempromosikan kebudayaan sipil (civic culture) dan memberikan ruang bagi rakyat biasa untuk mendidik diri mereka sendiri mengenai proses politik dan mengutarakan pandangan-pandangan mereka.
Kedua, Support the traditionalists against the fundamentalists (Mendukung kaum tradisionalis dalam menentang kaum fundamentalis). Langkah-langkah yang dilakukan antara lain :
  • Menerbitkan kritik-kritik kaum tradisionalis atas kekerasan dan ekstrimisme yang dilakukan kaum fundamentalis; mendorong perbedaan antara kaum tradisionalis dan fundamentalis.
  • Mencegah aliansi antara kaum tradisionalis dan kaum fundamentalis.
  • Mendorong kerja sama antara kaum modernis dan kaum tradisionalis yang lebih dekat dengan kaum modernis.
  • Jika memungkinkan, didik kaum tradisionalis untuk mempersiapkan diri mereka
  • untuk mampu melakukan debat dengan kaum fundamentalis. Kaum fundamentalis
  • secara retorika seringkali lebih superior, sementara kaum tradisionalis melakukan praktek politik „Islam pinggiran” yang kabur . Di tempat-tempat seperti di Asia Tengah, mereka mungkin perlu untuk dididik dan dilatih dalam Islam ortodoks untuk mampu mempertahankan pandangan mereka.
  • Menambah kehadiran dan profil kaum modernis pada lembaga-lembaga tradisionalis.
  • Melakukan diskriminasi antara sektor-sektor tradisionalisme yang berbeda. Mendorong orang-orang dengan ketertarikan yang lebih besar atas modernisme, seperti pada Mazhab Hanafi, lawan yang lainnya. Mendorong mereka untuk membuat isu opini-opini agama dan mempopulerkan hal itu untuk memperlemah otoritas dari penguasa yang terinspirasi oleh paham Wahhabi yang terbelakang. Hal ini berkaitan dengan pendanaan. Uang dari Wahhabi diberikan untuk mendukung Mazhab Hambali yang konservatif. Hal ini juga berkaitan dengan pengetahuan. Bagian dari Dunia Islam yang lebih terbelakang tidak sadar akan kemajuan penerapan dan tafsir dari Hukum Islam.
  • Mendorong popularitas dan penerimaan atas Sufisme
Ketiga, Confront and oppose the fundamentalists (Mengkonfrontir dan menentang kaum fundamentalis). Langkah-langkahnya antara lain :
  • Menentang tafsir mereka atas Islam dan menunjukkan ketidak akuratannya.
  • Mengungkap keterkaitan mereka dengan kelompok-kelompok dan aktivitas-aktiviats illegal.
  • Mengumumkan konsekuensi dari tindakan kekerasan yang mereka lakukan.
  • Menunjukkan ketidak mampuan mereka untuk memerintah, untuk mendapatkan perkembangan positif atas negara-negara mereka dan komunitas-komunitas mereka.
  • Mengamanatkan pesan-pesan ini kepada kaum muda, masyarakat tradisionalis yang alim, kepada minoritas kaum muslimin di Barat, dan kepada wanita.
  • Mencegah menunjukkan rasa hormat dan pujian akan perbuatan kekerasan dari kaum Fundamentalis, ekstrimis dan teroris. Kucilkan mereka sebagai pengganggu dan pengecut, bukan sebagai pahlawan.
  • Mendorong para wartawan untuk memeriksa isu-isu korupsi, kemunafikan, dan tidak bermoralnya lingkaran kaum fundamentalis dan kaum teroris.
  • Mendorong perpecahan antara kaum fundamentalis.
Keempat, Secara selektif mendukung kaum sekuler:
  • Mendorong pengakuan fundamentalisme sebagai suatu musuh bersama, mematahkan aliansi dengan kekuatan-kekuatan anti Amerika berdasarkan hal-hal seperti nasionalisme dan ideologi kiri.
  • Mendorong ide bahwa agama dan Negara juga dapat dipisahkan dalam Islam dan bahwa Hal ini tidak membahayakan keimanan tapi malah akan memperkuatnya. Pendekatan manapun atau kombinasi pendekatan manapun yang diambil, kami sarankan bahwa hal itu dilakukan dengan sengaja dan secara hati-hati, dengan mengetahui beban simbolis dari isu-isu yang pasti; konsekuensi dari penyesuaian ini bagi pelaku-pelaku Islam lain, termasuk resiko mengancam atau mencemari kelompok-kelompok atau orang-orang yang sedang kita berusahah bantu; dan kesempatan biaya-biaya dan konsekuensi afiliasi yang tidak diinginkan dan pengawasan yang tampaknya pas buat mereka dalam jangka pendek.

Thursday, April 12, 2012

Sistem Pemilu

Beberapa hari yang lalu di DPR sedang ramai dibahas mengenai RUU Pemilu dimana alotnya pembahasan mengenai sistem pemilu dan Sekarang sudah disahkan menjadi UU Pemilu sebagai pedoman Pemilu di 2014 nanti.

Di dunia ini hanya dikenal tiga sistem pemilu: mayoritarian, proporsional dan campuran. Yang membedakan sistem mayoritarian dengan sistem proporsional adalah dua hal: pertama, besaran daerah pemilihan; kedua, formula perolehan kursi. Dalam sistem pemilu mayoritarian (yang di sini secara salah kaprah disebut sistem distrik, padahal distrik itu sama dengan daerah pemilihan), jumlah kursi di setiap daerah pemilihannya adalah tunggal, 1 atau satu paket. Sementara formula perolehan kursinya adalah suara terbanyak, bisa metode mayoritas (A>B+C+D, atau 50 persen plus 1), bisa pluralitas (A>B>C>D, atau yang paling banyak yang menang).

Sementara itu dalam sistem pemilu proporsional, jumlah kursi di setiap daerah pemilihannya jamak, atau banyak, atau 2 atau lebih. Sementaranya formula perolehan kursinya adalah proporsional. Prinsip formula proporsional adalah persentase perolehan suara hampir sama dengan persentase perolehan kursi. Artinya, jika partai A meraih 20% suara, dia juga akan mendapat lebih kurang 20% kursi. Semakin persentase perolehan kursi mendekati persentase perolehan suara, semakin sesuai dengan prinsip pemilu proporsional.

Pertanyaannya adalah bagaimana rumus atau formula perolehan kursi itu agar hasilnya benar-benar tidak menyalahi prinsip proporsionalitas. Dalam ilmu pemilu dikenal dua metode: pertama, metode kuota (yang punya dua varian, yaitu kuota murni dan kuota Droop), dan: kedua metode divisor (yang punya dua varian, yaitu divisor D'hont dan divisor Webster).

Sejak Pemilu 1955, pemilu-pemilu Orde Baru, hingga Pemilu 2009, formula perolehan kursi selalu menggunakan metode kuota murni. Metode ini disebut juga metode largest rimander atau Kuota-LR karena ada sisa kursi dan sisa suara, juga disebut kuota Hamilton/Hare/Niemayer, menunjuk pada nama yang menemukannya). Dalam undang-undang pemilu disebut dengan BPP (bilangan pembagi pemilih).

Bagaimana metode kuota bekerja? Gampang saja, bagi perolehan suara masing-masing partai politik dengan jumlah total suara, lalu dikalikan jumlah kursi yang tersedia di daerah pemilihan. Hasil bagi dan kali ini biasanya dalam bentuk pecahan atau desimal. Partai yang memperoleh angka penuh, berarti dapat kursi penuh. Sedang kursi tersisa, dibagikan kepada partai yang mempunyai pecahan terbanyak secara berurutan.

Dalam bahasa udang-undang rumusannya seperti ini. Pertama tentukan BPP atau bilangan pembagi pemilih, dengan cara membagi total suara dengan jumlah kursi yang disediakan di daerah pemilihan. Selanjutnya bagi perolehan suara masing-masing partai dengan BPP. Partai yang akan mendapat angka penuh berarti dapat kursi; sedang sisa suaranya akan dihitung saat merebut sisa kursi bersama suara partai yang tidak mendapatkan angka penuh. Sisa kursi dibagi berdasarkan sisa suara terbanyak.

Secara matematika, metode kuota murni ini cenderung menguntungkan partai menengah dan merugikan partai besar dan kecil. Suara partai besar tersedot untuk mendapatkan kursi penuh, sedang sisa suaranya akan dibandingkan dengan suara partai yang tidak mendapatkan kursi. Sedangkan partai kecil tidak mendapatkan apa-apa karena sisa suaranya pasti lebih banyak dari partai menengah.

Dengan kata lain, jika kuota 1 kursi atau BPP adalah 100 suara, partai yang memiliki 170 suara mendapatkan 1 kursi, sama dengan partai yang memiliki 85 suara, karena sisa suara partai kedua lebih besar daripada sisa suara partai pertama. Itulah sebabnya metode kuota murni tidak disukai oleh partai-partai besar.

Sebagai alternatifnya muncul metode kuota Droop. Perbedaan pokoknya adalah menentukan BPP ditambah jumlah kursi ditambah 1 (m+1), sehingga pada hitungan pertama partai besar tidak terlalu dirugikan, bahkan malah selalu diuntungkan. Metode Droop ini jarang digunakan, karena dianggap mencederai prinsip proporsionalitas.

Sebagai alternatif kedua (yang bertujuan tidak terlalu merugikan partai besar) lahir metode divisor D'hont dengan bilangan pembagi pemilih 1, 2, 3, 4 dst. Cara kerja metode ini adalah sebagai berikut: pertama, membagi perolehan suara setiap partai politik dengan bilangan 1, 2, 3, 4 dst. Hasil bagi tersebut dirangking, dari yang tinggi sampai yang rendah. Rangking tertinggi mendapatkan kursi sesuai dengan jumlah kursi yang tersedia di daerah pemilihan. Misalnya kalau kursinya 7, maka angka rangking 1-7 berarti menunjuk pada perolehan kursi pertama hingga kursi ketujuh.

Secara matematika, metode ini ternyata menguntungkan partai besar. Memang angkanya masih dibawah Droop, tapi tetap tidak fair terhadap partai menengah dan kecil. Sebab prinsip proporsional adalah perolehan kursi partai politik tidak boleh kurang dari kuota yang didapatnya, tetapi juga tidak boleh melebihi dari setengah kuota kuota yang didapatkannya.

Karena itu muncullah metode divisor St Lague atau Webster. Cara kerjanya sama dengan metode d'Hont, hanya bilangan pembaginya saja yang beda. Jika d'Hont bilangan pembaginya 1, 2, 3, 4 dst; Webster menggunakan bilangan pembagi 1, 3, 5, 7, dst.

Hasilnya memang lebih fair jika dibandingkan dengan d'Hont. Bahkan jika dibandingkan dengan kuota murni pun hasilnya lebih fair. Dengan kata lain metode divisor webster tidak mengandung bias terhadap partai besar maupun partai menengah kecil. Itulah sebabnya metode ini banyak dipakai di negara-negara dunia yang menggunakan sistem pemilu proporsional.

Catatan Sedih Seorang B.J Habibie

Pada usianya 74 tahun, mantan Presiden RI, BJ Habibie secara mendadak mengunjungi fasilitas Garuda Indonesia didampingi oleh putra sulung, Ilham Habibie dan keponakannya(?), Adri Subono, juragan Java Musikindo.

Kunjungan beliau dan rombongan disambut oleh President & CEO, Bapak Emirsyah Satar disertai seluruh Direksi dan para VP serta Area Manager yang sedang berada di Jakarta.

Dalam kunjungan ini, diputar video mengenai Garuda Indonesia Experience dan presentasi perjalanan kinerja Garuda Indonesia sejak tahun 2005 hingga tahun 2015 menuju Quantum Leap.

Sebagai “balasan” pak Habibie memutarkan video tentang penerbangan perdana N250 di landasan bandara Husein Sastranegara, IPTN Bandung tahun 1995 (tujuh belas tahun yang lalu!).

Entah, apa pasalnya dengan memutar video ini?

Video N250 bernama Gatotkaca terlihat roll-out kemudian tinggal landas secara mulus di-escort oleh satu pesawat latih dan sebuah pesawat N235. Pesawat N250 jenis Turboprop dan teknologi glass cockpit dengan kapasitas 50 penumpang terus mengudara di angkasa Bandung.

Dalam video tsb, tampak hadirin yang menyaksikan di pelataran parkir, antara lain Presiden RI Bapak Soeharto dan ibu, Wapres RI bapak Soedarmono, para Menteri dan para pejabat teras Indonesia serta para teknisi IPTN. Semua bertepuk tangan dan mengumbar senyum kebanggaan atas keberhasilan kinerja N250. Bapak Presiden kemudian berbincang melalui radio komunikasi dengan pilot N250 yang di udara, terlihat pak Habibie mencoba mendekatkan telinganya di headset yang dipergunakan oleh Presiden Soeharto karena ingin ikut mendengar dengan pilot N250.

N250 sang Gatotkaca kembali pangkalan setelah melakukan pendaratan mulus di landasan………………

Di hadapan kami, BJ Habibie yang berusia 74 tahun menyampaikan cerita yang lebih kurang sbb:

“Dik, anda tahu…………..saya ini lulus SMA tahun 1954!” beliau membuka pembicaraan dengan gayanya yang khas penuh semangat dan memanggil semua hadirin dengan kata “Dik” kemudian secara lancar beliau melanjutkan……………..“Presiden Soekarno, Bapak Proklamator RI, orator paling unggul, …….itu sebenarnya memiliki visi yang luar biasa cemerlang! Ia adalah Penyambung Lidah Rakyat! Ia tahu persis sebagai Insinyur………Indonesia dengan geografis ribuan pulau, memerlukan penguasaan Teknologi yang berwawasan nasional yakni Teknologi Maritim dan Teknologi Dirgantara. Kala itu, tak ada ITB dan tak ada UI. Para pelajar SMA unggulan berbondong-bondong disekolahkan oleh Presiden Soekarno ke luar negeri untuk menimba ilmu teknologi Maritim dan teknologi dirgantara. Saya adalah rombongan kedua diantara ratusan pelajar SMA yang secara khusus dikirim ke berbagai negara. Pendidikan kami di luar negeri itu bukan pendidikan kursus kilat tapi sekolah bertahun-tahun sambil bekerja praktek. Sejak awal saya hanya tertarik dengan ‘how to build commercial aircraft’ bagi Indonesia. Jadi sebenarnya Pak Soeharto, Presiden RI kedua hanya melanjutkan saja program itu, beliau juga bukan pencetus ide penerapan ‘teknologi’ berwawasan nasional di Indonesia. Lantas kita bangun perusahaan-perusahaan strategis, ada PT PAL dan salah satunya adalah IPTN.

Sekarang Dik,…………anda semua lihat sendiri…………..N250 itu bukan pesawat asal-asalan dibikin! Pesawat itu sudah terbang tanpa mengalami ‘Dutch Roll’ (istilah penerbangan untuk pesawat yang ‘oleng’) berlebihan, tenologi pesawat itu sangat canggih dan dipersiapkan untuk 30 tahun kedepan, diperlukan waktu 5 tahun untuk melengkapi desain awal, satu-satunya pesawat turboprop di dunia yang mempergunakan teknologi ‘Fly by Wire’ bahkan sampai hari ini. Rakyat dan negara kita ini membutuhkan itu! Pesawat itu sudah terbang 900 jam (saya lupa persisnya 900 atau 1900 jam) dan selangkah lagi masuk program sertifikasi FAA. IPTN membangun khusus pabrik pesawat N250 di Amerika dan Eropa untuk pasar negara-negara itu.Namun, orang Indonesia selalu saja gemar bersikap sinis dan mengejek diri sendiri ‘apa mungkin orang Indonesia bikin pesawat terbang?’

Tiba-tiba, Presiden memutuskan agar IPTN ditutup dan begitu pula dengan industri strategis lainnya.

Dik tahu…………….di dunia ini hanya 3 negara yang menutup industri strategisnya, satu Jerman karena trauma dengan Nazi, lalu Cina (?) dan Indonesia………….

Sekarang, semua tenaga ahli teknologi Indonesia terpaksa diusir dari negeri sendiri dan mereka bertebaran di berbagai negara, khususnya pabrik pesawat di Bazil, Canada, Amerika dan Eropa…………….

Hati siapa yang tidak sakit menyaksikan itu semua…………………?

Saya bilang ke Presiden, kasih saya uang 500 juta Dollar dan N250 akan menjadi pesawat yang terhebat yang mengalahkan ATR, Bombardier, Dornier, Embraer dll dan kita tak perlu tergantung dengan negara manapun.

Tapi keputusan telah diambil dan para karyawan IPTN yang berjumlah 16 ribu harus mengais rejeki di negeri orang dan gilanya lagi kita yang beli pesawat negara mereka!”

Pak Habibie menghela nafas…………………..

Ini pandangan saya mengenai cerita pak Habibie di atas;

Sekitar tahun 1995, saya ditugaskan oleh Manager Operasi (JKTOF) kala itu, Capt. Susatyawanto untuk masuk sebagai salah satu anggota tim Airline Working Group di IPTN dalam kaitan produksi pesawat jet sekelas B737 yang dikenal sebagai N2130 (kapasitas 130 penumpang). Saya bersyukur, akhirnya ditunjuk sebagai Co-Chairman Preliminary Flight Deck Design N2130 yang langsung bekerja dibawah kepala proyek N2130 adalah Ilham Habibie. Kala itu N250 sedang uji coba terus-menerus oleh penerbang test pilot (almarhum) Erwin. Saya turut mendesain rancang-bangun kokpit N2130 yang serba canggih berdasarkan pengetahuan teknis saat menerbangkan McDonnel Douglas MD11. Kokpit N2130 akan menjadi mirip MD11 dan merupakan kokpit pesawat pertama di dunia yang mempergunakan LCD pada panel instrumen (bukan CRT sebagaimana kita lihat sekarang yang ada di pesawat B737NG). Sebagian besar fungsi tampilan layar di kokpit juga mempergunakan “track ball atau touch pad” sebagaimana kita lihat di laptop. N2130 juga merupakan pesawat jet single aisle dengan head room yang sangat besar yang memungkinkan penumpang memasuki tempat duduk tanpa perlu membungkukkan badan. Selain high speed sub-sonic, N2130 juga sangat efisien bahan bakar karena mempergunakan winglet, jauh sebelum winglet dipergunakan di beberapa pesawat generasi masa kini.

Saya juga pernah menguji coba simulator N250 yang masih prototipe pertama……………..

N2130 narrow body jet engine dan N250 twin turboprop, keduanya sangat handal dan canggih kala itu………bahkan hingga kini.

Lamunan saya ini, berkecamuk di dalam kepala manakala pak Habibie bercerita soal N250, saya memiliki kekecewaan yang yang sama dengan beliau, seandainya N2130 benar-benar lahir………….kita tak perlu susah-susah membeli B737 atau Airbus 320.

Pak Habibie melanjutkan pembicaraannya………………..

“Hal yang sama terjadi pada prototipe pesawat jet twin engines narrow body, itu saya tunjuk Ilham sebagai Kepala Proyek N2130. Ia bukan karena anak Habibie, tapi Ilham ini memang sekolah khusus mengenai manufakturing pesawat terbang, kalau saya sebenarnya hanya ahli dalam bidang metalurgi pesawat terbang. Kalau saja N2130 diteruskan, kita semua tak perlu tergantung dari Boeing dan Airbus untuk membangun jembatan udara di Indonesia”.

“Dik, dalam industri apapun kuncinya itu hanya satu QCD,

? Q itu Quality, Dik, anda harus buat segala sesuatunya berkualitas tinggi dan konsisten? C itu Cost, Dik, tekan harga serendah mungkin agar mampu bersaing dengan produsen sejenis? D itu Delivery, biasakan semua produksi dan outcome berkualitas tinggi dengan biaya paling efisien dan disampaikan tepat waktu!Itu saja!”

Pak Habibie melanjutkan penjelasan tentang QCD sbb:

“Kalau saya upamakan, Q itu nilainya 1, C nilainya juga 1 lantas D nilainya 1 pula, jika dijumlah maka menjadi 3. Tapi cara kerja QCD tidak begitu Dik………….organisasi itu bekerja saling sinergi sehingga yang namanya QCD itu bisa menjadi 300 atau 3000 atau bahkan 30.000 sangat tergantung bagaimana anda semua mengerjakannya, bekerjanya harus pakai hati Dik………………”

Tiba-tiba, pak Habibie seperti merenung sejenak mengingat-ingat sesuatu ………………………

“Dik, ……….saya ini memulai segala sesuatunya dari bawah, sampai saya ditunjuk menjadi Wakil Dirut perusahaan terkemuka di Jerman dan akhirnya menjadi Presiden RI, itu semua bukan kejadian tiba-tiba. Selama 48 tahun saya tidak pernah dipisahkan dengan Ainun, ………..ibu Ainun istri saya. Ia ikuti kemana saja saya pergi dengan penuh kasih sayang dan rasa sabar. Dik, kalian barangkali sudah biasa hidup terpisah dengan istri, you pergi dinas dan istri di rumah, tapi tidak dengan saya. Gini ya…………saya mau kasih informasi……….. Saya ini baru tahu bahwa ibu Ainun mengidap kanker hanya 3 hari sebelumnya, tak pernah ada tanda-tanda dan tak pernah ada keluhan keluar dari ibu……………………”

Pak Habibie menghela nafas panjang dan tampak sekali ia sangat emosional serta mengalami luka hati yang mendalam………………………..seisi ruangan hening dan turut serta larut dalam emosi kepedihan pak Habibie, apalagi aku tanpa terasa air mata mulai menggenang.

Dengan suara bergetar dan setengah terisak pak Habibie melanjutkan……………………

“Dik, kalian tau……………..2 minggu setelah ditinggalkan ibu…………suatu hari, saya pakai piyama tanpa alas kaki dan berjalan mondar-mandir di ruang keluarga sendirian sambil memanggil-manggil nama ibu……… Ainun……… Ainun …………….. Ainun …………..saya mencari ibu di semua sudut rumah.

Para dokter yang melihat perkembangan saya sepeninggal ibu berpendapat ‘Habibie bisa mati dalam waktu 3 bulan jika terus begini…………..’ mereka bilang ‘Kita (para dokter) harus tolong Habibie’.

Para Dokter dari Jerman dan Indonesia berkumpul lalu saya diberinya 3 pilihan;

1. Pertama, saya harus dirawat, diberi obat khusus sampai saya dapat mandiri meneruskan hidup. Artinya saya ini gila dan harus dirawat di Rumah Sakit Jiwa!2. Opsi kedua, para dokter akan mengunjungi saya di rumah, saya harus berkonsultasi terus-menerus dengan mereka dan saya harus mengkonsumsi obat khusus. Sama saja, artinya saya sudah gila dan harus diawasi terus……………3. Opsi ketiga, saya disuruh mereka untuk menuliskan apa saja mengenai Ainun, anggaplah saya bercerita dengan Ainun seolah ibu masih hidup.

Saya pilih opsi yang ketiga……………………….”

Tiba-tiba, pak Habibie seperti teringat sesuatu (kita yang biasa mendengarkan beliau juga pasti maklum bahwa gaya bicara pak Habibie seperti meloncat kesana-kemari dan kadang terputus karena proses berpikir beliau sepertinya lebih cepat dibandingkan kecepatan berbicara dalam menyampaikan sesuatu) …………………. ia melanjutkan pembicaraannya;

“Dik, hari ini persis 600 hari saya ditinggal Ainun…………..dan hari ini persis 597 hari Garuda Indonesia menjemput dan memulangkan ibu Ainun dari Jerman ke tanah air Indonesia………….

Saya tidak mau menyampaikan ucapan terima kasih melalui surat…………. saya menunggu hari baik, berminggu-minggu dan berbulan-bulan untuk mencari momen yang tepat guna menyampaikan isi hati saya. Hari ini didampingi anak saya Ilham dan keponakan saya, Adri maka saya, Habibie atas nama seluruh keluarga besar Habibie mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya, kalian, Garuda Indonesia telah mengirimkan sebuah Boeing B747-400 untuk menjemput kami di Jerman dan memulangkan ibu Ainun ke tanah air bahkan memakamkannya di Taman Makam Pahlawan. Sungguh suatu kehormatan besar bagi kami sekeluarga. Sekali lagi, saya mengucapkan terima kasih atas bantuan Garuda Indonesia”

Seluruh hadirin terhenyak dan saya tak kuasa lagi membendung air mata…………………………

Setelah jeda beberapa waktu, pak Habibie melanjutkan pembicaraannya;

“Dik, sebegitu banyak ungkapan isi hati kepada Ainun, lalu beberapa kerabat menyarankan agar semua tulisan saya dibukukan saja, dan saya menyetujui…………………

Buku itu sebenarnya bercerita tentang jalinan kasih antara dua anak manusia. Tak ada unsur kesukuan, agama, atau ras tertentu. Isi buku ini sangat universal, dengan muatan budaya nasional Indonesia. Sekarang buku ini atas permintaan banyak orang telah diterjemahkan ke beberapa bahasa, antara lain Inggris, Arab, Jepang….. (saya lupa persisnya, namun pak Habibie menyebut 4 atau 5 bahasa asing).Sayangnya buku ini hanya dijual di satu toko buku (pak Habibie menyebut nama satu toko buku besar), sudah dicetak 75.000 eksemplar dan langsung habis. Banyak orang yang ingin membaca buku ini tapi tak tahu dimana belinya. Beberapa orang di daerah di luar kota besar di Indonesia juga mengeluhkan dimana bisa beli buku ini di kota mereka.

Dik, asal you tahu…………semua uang hasil penjualan buku ini tak satu rupiahpun untuk memperkaya Habibie atau keluarga Habibie. Semua uang hasil penjualan buku ini dimasukkan ke rekening Yayasan yang dibentuk oleh saya dan ibu Ainun untuk menyantuni orang cacat, salah satunya adalah para penyandang tuna netra. Kasihan mereka ini sesungguhnya bisa bekerja dengan nyaman jika bisa melihat.

Saya berikan diskon 30% bagi pembeli buku yang jumlah besar bahkan saya tambahkan lagi diskon 10% bagi mereka karena saya tahu, mereka membeli banyak buku pasti untuk dijual kembali ke yang lain.

Sekali lagi, buku ini kisah kasih universal anak manusia dari sejak tidak punya apa-apa sampai menjadi Presiden Republik Indonesia dan Ibu Negara. Isinya sangat inspiratif……………….”

(pada kesempatan ini pak Habibie meminta sesuatu dari Garuda Indonesia namun tidak saya tuliskan di sini mengingat hal ini masalah kedinasan).

Saya menuliskan kembali pertemuan pak BJ Habibie dengan jajaran Garuda Indonesia karena banyak kisah inspiratif dari obrolan tersebut yang barangkali berguna bagi siapapun yang tidak sempat menghadiri pertemuan tsb. Sekaligus mohon maaf jika ada kekurangan penulisan disana-sini karena tulisan ini disusun berdasarkan ingatan tanpa catatan maupun rekaman apapun.

Jakarta, 12 Januari 2012

Salam,

Capt. Novianto Herupratomo

Friday, January 27, 2012

Sejarah Kemerdekaan di Kota Sukabumi

11 Nopember 1956 Presiden Sukarno berkenan untuk memberi sebutan Lapangan Merdeka bagi sebuah taman kota , Victoria Park, yang ada di depan kediaman Bupati sampai dengan Jl. Rumah Bola di sisi utara, berbataskan Jl. Gunung Gede di sisi timur dan Jl. Mesjid di sisi barat. Batas kota saat pengukuhannya adalah kali Cisuda di sebelah timur dan kali Cipelang di sebelah barat . Tapi kini kota telah melebar meluas ke hampir segala arah dan ikon kota dulu yang mewarnainya hampir punah semua. Sepanjang jalan raya, kini bernama Ahmad Yani, cuma kantor pos yang masih sisakan wajah lamanya, bioskop tak satupun tersisa. Reruntuhan Indra masih bisa dilihat, Rex jadi gedung Capitol, Gelora dan Garuda berubah jadi Mayofield Mall, Royal jadi sederetan ruko, begitu juga Mustika dan Budaya Timur, Nusantara jadi Bank Mandiri bahkan hotel Merdeka pun kini beralih jadi Tiara Mall. Batas kota memang berpindah meluas di timur dari Cisuda ke Cibeureum sedang di barat Cipelang bergeser ke Cigunung. Seperti juga kota lainnya Orde Baru mewariskan bom waktu ANGKOT bagi setiap ahli warisnya. Jalan Setasiun Timur sampai dengan Jl. Plabuan II (Kapten Harun Kabir) ataupun Jl. Sepur (Lettu Bakri) sampai perlintasan kereta Nyomplong, didepan penjara kota jadi daerah yang dikuasai Angkot dan tak lagi nyaman dilewati oleh siapapun, tanpa bantuan polisi tentunya.
Jalan Bhayangkara adalah tempat tinggalku, dulu namanya jalan Gunung Puyuh dan menurut kisah seorang ibu dari Garut yang pernah bersekolah di Sukabumi pada jaman Belanda nama jalan ini adalah Fogelweg atau jalan burung yang masih bisa ditandai dengan nama nama gang yang ada di sepanjang jalan tersebut adalah nama burung, ditempat lain di Sukabumi nama gang mengambil nama tuan tanah seperti misalnya Gang Adjid, Gang Adiredja; Gang Kartaatmaja; Gang Jayaniti dll, sedang di jalan Gunung Puyuh nama nama gang tersebut mengambil nama burung semisal Gang Kasuari connecting jalan dengan Gang Karimin, , Gang Titiran connecting jalan dengan kampung Kuta, Gang Ketilang yang menghubungkan jalan dengan kampung Rawasalak , Gang Merak yang hubungkan jalan dengan pemakaman Tegalpari dan Gang Gelatik yang hubungkan jalan dengan kampung Sungapan. Tak ada tanggal pasti yang tetapkan kapan Fogelweg berubah jadi jalan Gunung Puyuh, mungkin pada awal pendudukan Jepang saat segala sesuatu yang berbau Belanda diganti dengan bahasa Indonesia. Nama Gunung Puyuh ditetapkan meminjam nama sebuah pesantren besar yang ada di barat daya jalan, salah seorang pengajar di pesantren tersebut adalah Kasman Singadimedja, salah seorang founding fathers republik. Mungkin beliau jugalah yang mengusulkan nama Gunung Puyuh sebagai pengganti Fogelweg. Dalam Ensiklopedia Indonesia entri Kasman Singadimedja Mr. hanya sebutkan beliau sebagai guru pada perguruan Islam di tahun 1939-1941 dan kemudian jadi Daidancho PETA Jakarta . Penggantian nama jalan Gunung Puyuh jadi jalan Bhayangkara bisa dipastikan pada awal tahun 1960an. Secara tersirat HP Jones, bekas duta besar AS di Indonesia, mencatat dalam "Indonesia, The Possible Dreams" peran penting Waperdam/Menlu Subandrio dalam penggantian nama jalan itu.Saat itu nama pesantren kerapdikaitkan dengan gerakan DI - Kartosuwiryo dan nama SPN (Sekolah Polisi Negara) berganti jadi SAKRI (Sekolah Angkatan Kepolisian Republik Indonesia). Saat Jepang menyerang Pearl Harbour pada 7 Desember 1941 dan perang Pasifik pecah, kota Sukabumi jadi tempat pengungsian bagi banyak warga Jakarta (Batavia saat itu). Ironisnya pada sebuah pagi yang cerah setelah malam purnama bulan Safar, Sukabumi mengalami pemboman oleh segerombolan Kobayashi, kapal terbang Jepang dengan tanda bundaran merah di badannya, yang akibatkan kerusakan serius pada beberapa sekolah dan tempat tinggal penduduk. Selama masa pendudukan Jepang tak ada perubahan pada struktur pemerintah kota yang dibuat Belanda kecuali penamaan Jepang pada beberapa bagian dan sebutan Melayu bagi beberapa nama jalan. Pada masa revolusi kemerdekaan kabupaten Sukabumi dan juga kota Sukabumi adalah wilayah terakhir yang bisa dikuasai Belanda lewat Agresi Pertama NICA pada Juli 1947. Akibat dari kebijakan "bumi hangus" yang diterapkan oleh TNI saat mengundurkan diri ke pedalaman, tiga hotel mewah dibakar, sebuah sekolah protestan dan sebuah gudang hasil perkebunan turut hangus dan beberapa rumah warga Cina ikut juga di "bumi hangus"kan . Saat pengakuan kedaulatan Desember 1949, Belanda kembali ke Batavia dan menyerahkan kota ke tangan negara bagian Pasundan, yang kemudian ditolak mentah2 oleh kaum republikein Sukabumi yang menyatakan kesetiaannya kepada 'Republik Jogja' dengan menyebutkan Sukabumi sebagai bagian dari Republik Indonesia.

Berdasarkan Cerita Bapak Iwan Chairul Nasution,