Sunday, July 08, 2012

Jakarta Memilih

Tanggal 11 Juli 2012 Penduduk Jakarta akan memilih pemimpin Kotanya. Ibukota Republik Indonesia yang mempunya segudang masalah dan segudang masa depan bagi penduduknya maupun pendatang dari penjuru Indonesia. Saya mencoba untuk melihat kelebihan-kekurangan calon-calon pemimpin Ibukota Negara kita ini secara objektif.

1.        Fauzi Bowo(Foke) – Nachrowi Ramli (Nara)

Kelebihan : Secara Personal. Pengalaman dan Intelektual Foke yang bergelar Doktor Tata Kota lulusan Jerman dan Birokrat Pemerintah DKI Jakarta selama bertahun-tahun sangat menjanjikan, sementara Nara sendiri mempunyai dukungan banyak Ormas di Jakarta yang kuat dan juga Partai Demokrat, kemungkinan cerai ditengah jalan seperti Foke-Prijanto bisa dibilang kecil.

Kekurangan : Pretasinya selama memimpin jakarta 2007-2012 minim, pembangunan pusat perbelanjaan dan ekonomi yang menggila dimasa pemerintahannya tanpa disertai sistem transportasi massal yang terpadu membuat kemacetan semakin menghiasi keseharian warga Jakarta. Yang lainnya silakan anda nilai sendiri kinerja Foke selama menjabat Gubernur DKI Jakarta Periode 2007-2012, dan masalah yang dirasakan sampai sekarang bagaimana?

Peluang Politik : Peluang Foke-Nara untuk terpilih menjadi DKI 1 sangat besar, pasangan ini mempunyai sumber daya dukungan kuat dari PNS DKI Jakarta, Ormas-ormas di Jakarta dipegang pasangan ini dan bisa menjadi mesin politik untuk memenangkan Pilkada DKI. Bahkan pasangan ini sesumbar bisa menang 1 putaran, dan menurut saya itu realistis melihat kelompok suara pendukungnya yang besar dibandingkan kelompok suara lain yang terpecah-pecah dengan pasangan calon lainnya.

2.        Hendardji Soepandji – Ahmad Riza Patria

Kelebihan : Sebagai Purnawirawan TNI beliau mempunyai sikap yang tegas dan berani dalam menghadapi berbagai problema Ibukota. Dan Jakarta butuh pemimpin seperti ini. Melihat jejak Sutiyoso juga purnawirawan TNI yang berani membuat busway walau di protes supir-supir mikrolet dan angkutan kota, sampai meruntuhkan Stadion Menteng hingga bisa dinikmati hingga sekarang, selain itu pasangan ini berasal dari jalur Independen yang bersih dari kebusukan politik dan intervensi.

Kekurangan : dari berbagai debat dan dialog yang saya simak, pasangan ini menurut saya masih belum mempunyai konsep yang kongkret dibandingkan pasangan lain. Dan pasangan ini tidak begitu dikenal oleh masyarakat, saya sendiri baru mengenalnya waktu pasangan ini akan mendaftar di KPU DKI Jakarta

Peluang Politik : Dibandingkan calon lain, Pasangan ini tingkat elektabilitasnya menurut saya terendah, kurang mempunyai mesin politik yang mumpuni, akan tetapi saya akui slogan Jakarta tidak berkumis(Berantakan, Kumuh, dan Miskin) dalam melawan calon incumbent cukup membuat masyarakat melirik dan mengenalnya.


3.        Joko Widodo(Jokowi) – Basuki Tjahaja Purnama(Ahok)

Kelebihan : Secara personal, pasangan ini baik Jokowi maupun Ahok sudah membuktikan prestasinya sewaktu memimpin di daerahnya masing-masing. Untuk Jokowi beliau malah sudah masuk kedalam nominasi 5 besar Walikota terbaik Dunia dan berbagai penghargaan dari media maupun pemerintah pusat. Pasangan ini sudah membuktikan didaerahnya dulu mensejahterakan rakyat kecil, meningkatkan ekonomi kerakyatan. Ingin melihat kelebihan lainnya? Silakan berkunjung ke Solo atau Manggar, lihat dan berbincanglah dengar warga disana.

Kekurangan : Walaupun didukung oleh 2 Partai besar PDI-P dan Gerindra,partai yang mengusungnya ini mempunyai kekuasaan yang tidak begitu besar di Jakarta. Seringkali faktor politik bisa menghambat tugasnya  jika terpilih sebagai Gubernur. Permasalahan Jakarta ini multi sektoral. Banjir, macet, urbanisasi ini harus melalui kerjasama dengan pemerintah pusat dan pemerintah daerah disekitarnya, sedangkan peta politik di Jakarta dengan Jawa Barat dan Banten tidak begitu harmonis.

Peluang Politik : Dengan prestasi yang diperoleh oleh pasangan ini di daerahnya sewaktu menjabat kepala daerah dan pencitraan yang dilakukan, membuat pasangan ini mempunyai kans besar untuk memenangkan panggung pilkada DKI Jakarta 2012, minimal lolos ke putaran 2, walaupun mesin politik yang digunakannya tidak begitu kuat apalagi beberapa partai pendukung lari ke pasangan no.1

4.    Hidayat Nurwahid(HNW) – Didik Rubini (Didik)

Kelebihan  : HNW bukan anak kemarin sore, beliau sudah malang melintang di dunia politik nasional, Walau asli Klaten, beliau sudah 20 tahun tinggal di Jakarta. Sosoknya di masyarakat terkenal bersih, santun dan disegani. Mempunyai mesin politik yang kuat di Jakarta yaitu PKS. PKS tahun 2004 memenangi Pemilu 2004 dan Runner-Up di 2009, kekuatan politik ini tentunya tidak bisa dipandang remeh. Mempunyai kekuatan untuk memperbaiki masalah yang bersifat multisektoral, Gubernur Jawa Barat dan Walikota Depok sama-sama berasal dari PKS, sedikit memudahkan dalam menjalankan tugasnya jika terpilih nanti.

Kekurangan : HNW walau sudah berkecimpung di dunia politik nasional, tetapi pengalamannya di dunia pemerintahan atau birokrasi daerah masih minim, jika terpilih sebagai Gubernur butuh adaptasi lebih lama, karena daerah apalagi birokrasi tentu berbeda dengan politik dan MPR. Selain itu pasangan ini sedikit dipaksakan, terbentuk disaat-saat terakhir pendaftaran calon Gubernur DKI Jakarta oleh KPUD.

Peluang Politik : Dukungan politik dari PKS yang mempunyai simpatisan Loyal dan fanatik menjadi modal besar bagi pasangan ini untuk lolos ke putaran ke-2, walau sebagai Gubernur DKI Jakarta peluangnya sedikit berat karena adanya resistensi terhadap tokoh islam konservatif.

5.        Faisal Basri – Biem T Benjamien

Kelebihan : Faisal Basri saya kenal sebagai ekonom yang cerdas, sederhana, dan rendah hati. Konsep beliau mengenai DKI Jakarta benar-benar sudah matang dan saya melihatnya sudah jauh-jauh hari mendeklarasikan diri bersama pasangannya Biem Benjamien dari jalur Independen tanpa harus kelabakan membuat deal-deal politik untuk koalisi, saya menilai pasangan ini sangat siap dalam memimpin Jakarta.

Kekurangan : Pemimpin dan akademisi itu sangat berbeda, banyak sekali akademisi yang kesulitan mengimplementasikan ide-idenya dilapangan, selama menjadi ekonom pun prestasinya tidak begitu menonjol, faktor politik Independen tanpa dukungan partai manapun bisa jadi menjadi suatu hambatan juga dalam menjalankan programnya apabila terpilih sebagai gubernur DKI Jakarta.

Peluang Politik : Walau datang dari jalur Independen tanpa dukungan partai politik, pasangan ini mempunyai peluang besar terpilih sebagai Gubernur DKI Jakarta. Kalangan menengah yang jumlahnya cukup besar yang terdiri dari pemilih rasional, kaum intelektual, atau swing voters akan mengalokasikan suaranya untuk pasangan ini.

6.        Alex Noerdin – Nono Sampono

Kelebihan : Latar belakang Alex Nurdin sejajar dengan Foke yang merupakan Doktor Ahli Tata Kota dan pengalamannya di ranah birokrasi yang sangat mumpuni. Pretasinya sewaktu menjabat sebagai Bupati Musi Banyuasin selama dua periode cukup mentereng, juga Prestasinya dalam membangun Provinsi Sumatera Selatan dan menyukseskan gelaran Sea Games 2011 di Palembang patut diacungi jempol, bahkan pasangan ini optimistis dengan mempunyai slogan “3 Tahun Bisa”.

Kekurangan : sebelum mencalonkan diri sebagai  Gubernur DKI Jakarta dari partai Golkar, beliau seringkali diperiksa KPK sebagai saksi atas keterlibatannya dalam pembangunan, sarana dan prasarana Sea games 2011, selain itu beliau juga di indikasikan korupsi APBD kabupaten Musi Banyuasin sewaktu beliau menjabat sebagai Bupati.

Peluang Politik : Kasus yang menimpa Alex Noerdin dalam Proyek Sea Games 2011 di Palembang bisa menjadi sebagai batu sandungannya dalam proses Pemilihan Gubernur DKI Jakarta. Tapi pasangan ini bisa saja mengejutkan publik dengan terpilih sebagai Gubernur DKI Jakarta karena beliau mempunyai mesin Politik Golkar yang kuat.



Itulah sedikit coretan dari saya mengenai calon Gubernur DKI Jakarta, ibukota Negara Republik Indonesia. Saya bukan penduduk Jakarta,  tapi saya seringkali datang ke Jakarta.  Sebagai Ibukota, Jakarta adalah role model Indonesia, baik secara politik demokrasi maupun pembangunan kota. Jika Jakarta baik maka daerah lain di Indonesia akan terpacu dan mencontoh Jakarta. Saya banyak melihat contohnya sewaktu Jakarta mempunyai Busway, daerah lain mengikutinya, seperti di Yogyakarta ada trans Jogja, Bandung dengan Trans Metro Bandung(gagal), Trans Musi di Palembang,Trans Pakuan di Bogor dan kota-kota lainnya.